Surabaya Heritage Track: Tour Guide
Gratis Kota Pahlawan
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifmMEzbCgFS4PYbJkGBc7ivcJ946X0mbyW_CVyh3te_sX7p4hLLKQvl3sEM1phzJlVM-W1wsZSqGbjvShISai6GMAOKu1uj98ThhXlTcBmw9YtCXbqjDwBm0jbNwlibFQ2vaxgegx6jcs/s320/IMG20190913134047.jpg) |
Bus Wisata dan Pemandu SHT
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
Pertengahan Bulan September lalu saya berkesempatan mengikuti Surabaya Heritage Track. Sebuah tour guide gratis
keliling kota Surabaya dengan rute-rute tertentu yang telah ditentukan. Surabaya
Heritage Track ini merupakan sebuah
fasilitas anyar yang disediakan oleh House of Sampoerna bagi para wisatawan lokal maupun internasional yang ingin menjelajahi Kota Surabaya namun memiliki waktu dan alat transportasi yang terbatas, Surabaya Heritage Track ini menjadi solusinya.
Hari
itu pukul 12 siang waktu setempat, saya baru saja menyelesaikan kunjungan saya dari House of Sampoerna,
Surabaya. Setelah merasa tidak ada lagi yang belum saya lihat di dalam gedung
tersebut akhirnya saya memutuskan keluar gedung dan mencari toilet. Setelah
bertanya ke petugas sepempat saya diberitahu bahwa toiletnya da di luar gedung
tepatnya di sebelah kanan gedung (masih di area kompleks PT. Sampoerna). Fyi: penuansaan toiletnya bagus, vintage,
bersih, dan wangi, sehingga saya patut mengapresiasi haha.
Di
pelataran kompleks PT. Sampoerna, di sebelah Gedung Museum House of Sampoerna berdiri
sebuah gedung kecil yang terlihat ramai sekali dari kejauhan. Di depan bangunan tersebut terparkir sebuah mini bus sebesar bus wanita Transjakarta.
Karena penasaran, akhirnya saya mendatangi gedung tersebut. Setelah melihat secara lebih dekat, ternyata gedung
tersebut terdiri dari dua bagian, bagian pertama adalah sebuah restoran, dan yang
kedua adalah bagian resepsionis yang merangkap sebagai penjual
souvenir-souvenir resmi dari House of Sampoerna. Ketika saya masuk ke bagian resepsionis, di sana sudah berjejer 3 pasangan sedang
mengantre ketika itu. Setelah sampai giliran saya, saya langsung menanyakan
tentang bus wisata tersebut. Sesuai dugaan saya,bus tersebut merupakan bus
untuk melayani tour, sebuah fasilitas gratis yang diberikan oleh House of
Sampoerna. Bus tersebut memiliki 3 jadwal keberangkatan dengan rute yang
berbeda-beda tiap jamnya. Pertama adalah pukul 10:00 – 11:30, kedua
13:00-14:30, dan ketiga 15:00-16:30.
Pada
kesempatan itu saya mendapat giliran jam kedua yakni 13:00-14:30. Perjalanan kali
itu diawali dengan mengunjungi Rumah HOS Tjokroaminoto di daerah Peneleh.
Perjalanan tour tersebut sangat nyaman, dengan bus AC dengan kondisi yang
sangat baik, perjalanan kami ternyata ditemani oleh guide yang bertugas memandu dan menemani kita sembari menerangkan sejarah singkat Surabaya beserta gedung-gedung tua yang akan kita lalui dan sesekali diselipkan dengan guyonan khas Surabaya selama
perjalanan. Mendekati lokasi pertama kami diperlihatkan sederetan gang
perkampungan di daerah Peneleh yang dahulu diceritakan wilayah tersebut
dikotak-kotakkan sebagai tempat tinggal sejumlah kelompok, mulai dari
perkampungan orang Bali hingga perkampungan pandai besi. Diketahui Soekarno sempat
tinggal di kampong Peneleh tepatnya di Kampung Bali karna Soekarno muda memang
putra dari seorang Putri dari Bali bernama Ida Ayu Nyoman Rai Srimben yang
menikah dengan Raden Soekemi Sosrodihardjo. Kampung Peneleh sendiri merupakan
perkampungan yang cukup padat penduduk hingga kini karena dahulu tidak jauh
dari sana terdapat pelabuhan tradisional bernama Pelabuhan Kalimas. Tidak lama dari penjelasan sang pemandu, kita
akhirnya berhenti di depan salah satu gang di Kampung Peneleh. Saat turun kita
langsung disambut tanda panah arah Rumah HOS Tjokroaminoto.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1lFVmhzYf8GIiF5lEjXK1O8V9xp70uduzrVGTgyAqmz4XxE9zisCljo57gJ53gZi5vFpeIbxEjVyLBUOskqySZGT2j6D2VA3IAzpwbHXyrnFOYG7zFDEw96W4UxXAG6sBttGib8z9AMw/s400/IMG20190913131449.jpg) |
Tampak depan rumah HOS Tjokroaminoto
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMmHbwfVl6nrB2yq80UephPu4gm8fhGRRfGeTaYZc8mK4_ddj_rvp7M2JTXZy6P0RsSoctnAwKqvdkvpe0cdkh2ktMuVTkwkuItQBZaeXnu6BkkFDa4bYTgVRSIdc4aWSTnA8WURH6siM/s320/IMG20190913131959.jpg) |
Potret Anak-kos Kos di Rumah HOS Tjokroaminoto
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Sebelum
para peserta tour masuk ke dalam,
kita diberi sedikit penjelasan tentang bangunan tersebut. Bangunan tersebut
rumah kediaman asli sang guru besar Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto atau
biasa dikenal dengan HOS Tjokroaminoto. Bagi yang belum mengenal sosok
tersebut, beliau merupakan seorang guru bagi tokoh-tokoh yang kelak sangat
berpengaruh dalam perjalanan sejarah Indonesia, diantaranya Soekarno, Semaun,
Musso, Kartosoewirjo, dan Alimin. Rumah HOS Tjokroaminoto sendiri terdiri dari
dua lantai, lantai pertama merupakan tempat tinggal HOS Tjokroaminoto beserta
keluarga, dan lantai dua dijadikan sebagai kos-kosan para pemuda yang tempat tidurnya hanya berupa tikar bambu dan disekat dengan laci-laci kecil.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1EAo0DHktMh6BSunIZHbrVx6m3XbD1uZhtaUNT1TDIEsHB9tNR8gJ2ANWGpbaliz8ta-FcIY4eTgREtxQbQbZusoN3Txy_mJq3bVWg2gP7lZXKsUotRHtv_UW7jiwutaE9X9WH8fKoi8/s320/IMG20190913132113.jpg) |
Lantai atas dan lantai bawah Rumah Hos Tjokroaminoto
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Selesai dari kunjungan rumah HOS Tjokroaminoto
kita melanjutkan sedikit perjalanan mengelilingi kampong tersebut dengan
berjalan kaki. Uniknya di sejumlah rumah di gang tersebut terdapat makam-makam
kecil milik keluarga. Diketahui bahwa dahulu memakamkan anggota keluarga di
depan rumah merupakan hal yang sangat umum dan diketahui agar memudahkan
anggota keluarga untuk melakukan ziarah kapanpun mereka mau. Tidak jauh dari
sana, kita berhenti di sebuah masjid tua, rang-orang biasa menyebutkan Masjid
Peneleh. Konon, masjid tersebut merupakan masjid tertua nomer dua di Surabaya
setelah Masjid Rahmad.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMb1Q31_qucDlaVZ6X-iPw_pIe416IPR2hpTr9j0lXUG4bmdxXdptQFOi8S0-zt0F3TW_fYwr0FJ44EIR24GLvS2YFJrGg2kU1ArPal55-Zkmnlga4Nir4PKXuKo_-FU11udguTovezD8/s320/IMG20190913133352.jpg) |
Potret samping Masjid Rahman
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Setelah
puas melihat-lihat Kampung Peneleh kemudian kami kembali diarahkan menuju bus wisata
untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi terakhir. Dalam perjalanan menuju
bus, beberapa dari peserta membeli minum di sejumlah warung di kampung tersebut
lantaran kehausan. Memang, cuaca siang hari itu benar-benar terik dan saya baru
menyadari bahwa Surabaya tidak kalah panas dari Jakarta. Kalau dipikir-pikir
selain memberi manfaat bagi para peserta tour, Surabaya Heritage Track ini
nyatanya juga memberi manfaat bagi para masyarakat setempat yang wilayahnya
dilalui wisatawan. Hanya tinggal menunggu waktu saja sampai masyarakat setempat
benar-benar mengambil kesempatan tersebut dengan membuka lahan bisnis baru
seperti menjajakan makanan ringan, cindera mata yang dibuat oleh masyarakat
setempat, atau sekedar membuat acara penyambutan kecil-kecil agar para
wisatawan bisa lebih tergugah untuk datang kembali ke tempat tersebut.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwpxNrI03ekF7VkfcDIj2DKnf0rK5YhWsope7kfPmqQC1cq2BTejXs68Bj4HLt1AFsQmjRuZVR_nbiKbuZuGFpzBJngI376uSyyzoAv4JoI3LWzfjG4bNs-iY2i4dFRT_drHDLuZBrGUI/s400/IMG20190913185817.jpg) |
Potret Gedung Siola di malam hari
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Kembali
ke destinasi terakhir, setelah melewati beberapa perkampungan penduduk lokal,
kami kemudian diajak untuk menyusuri jalan-jalan utama Kota Surabaya. Kami menuju
arah Jalan Tunjungan di mana kawasan tersebut merupakan satu dari kawasan
berserah yang ada di Kota Surabaya. Diawali dengan Gedung Siola yang dahulu
merupakan perusahaan tekstil milik Inggris, kemudian dijadikan benteng
pertahanan arek-arek Surabaya di masa penjajahan Belanda, kemudian
dialihfungsikan sebagai mall pertama di Surabaya dengan nama Siola, dan sekarang sudah beralih fungsi sebagai Mall Pelayanan
Publik. Mall Pelayanan Publik tersebut digagas oleh Ibu Risma sang Walikota
Surabaya yang diperuntukkan untuk mengurus sejumlah dokumen. Mulai dari dokumen kependudukan, pajak, kepolisian, PDAM,
Izin Bangunan, Izin Usaha, Izin Produk, dan masih banyak lagi. Sekitar 200
meter dari Gedung Siola berdiri sebuah hotel bersejarah nan mewah bernama Hotel
Majapahit. Bagi yang belum tahu, hotel tersebut terkenal pasca kejadian
perobekan bendera (Merah-Putih-Biru) menjadi bendera Indonesia (Merah-Putih) oleh
arek-arek Surabaya di puncak hotel tersebut yang ketika itu bernama Hotel Yamato
pada tanggal 19 September 1945.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkdfN3NmhlcyBz9WYueCKLWGtfEfhyTkh9mIo2X4_vvlalIFbDrpngLDt5WyXdbWUYVxQqGsCVohffLSahtFJH3LAiJ5M5nsSnR0AgQvT7uZPKYyavXR0RP5cxqRszjxrOs0OsbJgi9bc/s400/IMG20190913192537.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjukmSqZveD3h4GGLON7ZMxuNan0D-G9RT2VG0m9T0nrNX4kBNK3jvr9lxk6HfsMTqs4afm51sxG_WRwYCGyXGtKOYWaDKYicrXcXGOfOZwqEqHuD0WpVNYpyulYFXXqIdkpGb-zNG8lgs/s400/IMG20190913192616.jpg) |
Tampak samping Hotel Majapahit yang dulu bernama Hotel Yamato
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Tidak lama setelah melewati sejumlah gedung-gedung tua di
kawasan tersebut, bus wisata yang kami tumpangi kemudian menepi ke sisi sebelah
kanan. Setelah para peserta tour dirasa sudah turun semua barulah sang pemandu
wisata memimpin perjalanan kita ke sebuah gang yang apabila dari jauh hanyalah
gang kecil selebar dua meter biasa. Di mulut gang kami disuguhkan oleh gambar
gravity yang bertuliskan Kampung Ketandan dengan tagline “Sek Waras Ta?” yang
artinya “Apakah masih sehat?”. Sang pewandu menjelaskan bahwa penggambaran
gravity merupakan sebuah sindirian bagi kaum milenial yang terbiasa terhubung
dengan ponsel pintar yang mereka miliki, yang dilain bisa menghubungkan
seseorang yang jauh berkilo-kilo meter dari kita namun memisahkan kita dengan
orang-orang di lingkungan kita sendiri.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEheESxflIFHevbD44HNIKMeDVRXlHpoPDU6gJijcfifAAjHfenjdXTUYsmZtu3sLjla_567Psw1TR0lHT0CUAdYeYrfqiOdYaRYOO6oMpUCUd6JyppvVLmV8SM7mYxhpr6i5eIPKln9x3s/s400/IMG20190913135134.jpg) |
Salah satu potret gravity di Kampung Ketandan
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Tidak ada yang ikon-ikon besar dari Kampung Ketandan ini,
namun hal itulah yang justru ditawarankan kampung ini sebagai daya takir,
sebuah penggambaran mengenai kehidupan di sebuah gang kecil di Kota Surabaya
tengah hingar bingar bangunan modern yang mengapit di kanan dan kiri. Anehnya,
walaupun kampung ini berada di pusat kota dengan kebisingan masyarakat urban,
namun semakin kita masuk ke dalam kampung tersebut, kita tidak mendengar lagi
kebisingan-kebisingan tadi dan cenderung tenang. Sampai-sampai kita lupa kalau
kita berada di tengah kota.Kesederhanaan, mungkin kata inilah yang bisa
menggambarkan kehidupan masyarakatnya. Memasuki Kampung kita disambut dengan
keramahan para Ibu-ibu yang sedang mengantre lontong balap yang begitu kami lewat
mereka langsung memberikan senyuman hangat, atau Bapak-Bapak yang sedang
bermain catur, hingga anak-anak yang sedang bermain lompat tali.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg0GuTnRO39aRH9i6fPgP_iK8IVn6YwqHRhqTYRDsw5r3GqE1BhjRz5aI_0RSjL56Qf1V1w_QXGi9LPe46rzZlKubAzQopL3Zy5r8OwCrUWAOlHTdzKpSUfIJa5HKtu8iakMu9yl8sf5qM/s320/IMG20190913135531.jpg) |
Potret masjid tertua di Kampung Ketandan
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Penyusuran kita diawali dengan masjid tua di kampung
tersebut sebagai penggambaran masjid-masijd yang ada di Surabaya. Lalu, kami diajak ke tengah kampung dan hal
yang menarik perhatian para peserta tour adalah di tengah-tengah perkampungan
sana terdapat makam kramat yang masih terawat dengan baik. Seperti yang sudah
dijelaskaan sebelumnya di Kampung Peneleh bahwa masyarakat Surabaya memang
sudah sejak dahulu memakamkan anggota keluarnya di dekat tempat tinggal mereka
entah itu di depan maupun di halaman belakang rumah. Mirip dengan konsep
tersebut makam tersebut juga berada di dekat perkampungan, dengan pohon
beringin yang masih berdiri kokoh, dan dikelilingi oleh pagar kayu yang sudah
dipernis. Di depan pagar makam tadi, terdapat sebuah sanggar seni yang
seringkali digunakan oleh masyarakat setempat duntuk melakukan pertunjukkan,
mulai dari pertunjukan tari, wayang, seni peran, dan lain masih banyak lagi. Karena
kelelahan banyak di antara kami beristirahat sekedar meluruskan kaki di sanggar
seni tadi.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9RsltPdXkFLFauFgclktnQb0gwEpbgVoyo6GyK04ascoY0JUK2AYGSket4oHof6iPr3IzbgKEKLv52dmyyzpPulAjvfadkKrp0gISDBav9apcel9Jn1ZrxhW8feF1cA9LHqfXN3SQR_w/s400/IMG20190913135947.jpg) |
Potret Makam Mbah Buyut Tondo
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbbExd8Be2wYEMa7KHwJ3S7-70Wzo4Dw4pimz181B2RFwpeQKSsrbEFS8BPNn7gNr4cqlTF6CqwZKpEAkdbmpU1M3MQtK7BqxQnxPR7_VUMN8Q-sAvFNm7zl3QTF9kkzfyHDRJv6fIbro/s400/IMG20190913135913.jpg) |
Potret Balau Budaya Cak Markeso
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Setelah para peserta tour selesai beristirahat, kami melanjutkan
perjalanan mengelilingi Kampung Ketandan. Salah satu peserta mengacungkan tangan, ia penasaran kenapa sedaritadi tidak ada motor yang berlalu
lalang. Sang pemandu menjelaskan bahwa motor tidak boleh dinyalakan di Kampung
ini, jadi apabila ada orang yang ingin bepergian keluar mereka harus mendorong
motor mereka sampai ke depan gang baru mereka bisa menyalakan mesin kendaraaan.
Mendengar penjelasan tersebut jujur saya kagum luar biasa di dalam hati. Sebegitu
kuatnya usaha para penduduk ini meminimalisir polusi udara demi suasana yang
tenang dan asri.
Dalam perjalanan, sang pemandu kembali berceloteh dan
kali ini cukup membuat mata terbelalak. Ia menceritakan bahwa dulu sekali di
wilayah ini terdapat kompleks pemakaman Cina. Beberapa dekade setelahnya makam
tersebut terlupakan oleh generasi-generasi baru yang tinggal di sana. Oleh masyarakat
ditemukan sisa-sia batu berbentuk persegi, karena ketidaktahuan masyarakat batu
berbentuk persegi tersebut dijadikan penutup selokan air. Padahal batu-batu
berbentu persegi tersebut merupakan batu penutup makam Cina di masa sebelumnya.
Dan hingga kini batu-batu penutup makam tadi masih dijadikan penutup selokan
oleh masyarakat.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ9ioINPhKmURyhY7SWdIkcXKEK0j8uc4so-c8BfMOKW-hH_pZ2g680AeksMHccULfm_ueZWaDtR_ajFjkHbUj_4ZPg6hr5RcrqxazAD2TlgrarLq93mwJ3OO1Ma0NB74HwQUVHfnTrc8/s400/IMG20190913140616.jpg) |
Potret salah satu rumah warga sebagai contoh bentuk rumah asli masyarakat Surabaya
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCNE8nqbvIYNvmLw5XcqxF7HiaSOFg4C2MG6q1hkyPdV0w_hJ8L1Fe5ZHElc1FT4FaaTl9_rD7ZfQ3yq9Zi01lBbNxAPFzE8FGouhPHNpohmMn2m5Ws39nTmUabkKinOb1cFFwcRKDrTE/s400/IMG20190913140518_1.jpg) |
Potret Penutup makam yang dijadikan penutup selokan
Sumber: Dokumentasi Pribadi |
|
Selesai dari fakta mengejutkan tadi, kami diperlihatkan
salah satu rumah penduduk sebagai penggambaran wujud dari rumah asli masyaraat
Surabaya. Rumah tersebut digambarkan berbentuk segitiga, dengan
pintu dua lapis seperti rumah-rumah Belanda, dengan jendela berbentuk segi
empat, dan dikelilingi pagar besi yang pendek. Tidak jauh dari sana, nampak mulut gang
Kampung Ketandan yang kita lewati di awal perjalanan. Tidak terasa perjalanan kita telah selesai dan benar saja
waktu menunjukkan pukul 14:20. Oleh sang pengemudi kita kembali
diantarkan ke titik awal yaitu House of Sampoerna.
Selesai
sudah perjalanan saya yang kali ini ditemani oleh SHT (Surabaya Heritage Track)
sebagai salah satu atau mungkin satu-satunya fasilitas tour GRATIS di kota
Surabaya. Sudah gratis,
mendapatkan pengalaman baru, teman baru, dan pulang dengan tambahan wawasan. Keberadaan
SHT ini menurut saya juga sebagai tanda bahwa masih banyak skali cerita,
tempat, kisah, yang perlu digali di Kota Surabaya. Oh Surabaya, bahwa gang
kecil saja yang dikota-kota lain hanya dianggap sebagai perusasak pemandangan
karena dianggap kumuh dan tidak mencerminkan kota modern, kamu justru dengan
bangga mengenalkan “Kampung” sebagai salah satu bentuk society kecil, sebuah
kelompok kecil yang menjadi cikal bakal Kota Surabaya yang berdiri megah hingga
hari ini. Jadi, apalagi yang kalian tunggu? Yuk cobain SHT sekarang
juga dan ceritakan pengalamanmu di kolom komentar ya. J
Komentar
Posting Komentar